This is our hero.. tetap kuat dan semangat.
13 Juli 2014, 1 tahun sudah berlalu papa dipanggil ke surga.
Begitu banyak kenangan yang tertinggal tentang papa.
Kami ingin membagikan beberapa cerita mengenai papa yang kami sayangi.
Dari anak - anak dan mama yang paling dikasihi papa.
Pertama-tama dari pasangan hidup papa, yaitu:
Dari Mama
Saya Thrisyvianty, yang biasa dipanggil Ani semasa remaja.
Sekarang diwaktu yg luang ini ingin saya mencurahkan isi hati saya dalam tulisan ini. Curahan hati dalam kenangan hidup saya selama ini.
Saya ingin menulis kenangan yang tiap saat masih terbayang selalu. Biarlah sekarang saya memulainya dengan apa yang terbayang dibenak saya.
Saya hidup dalam keluarga yang pas-pas an. Tetapi saya selalu riang dan bersyukur dengan segala keterbatasan ini. Salah satu hobi saya adalah piknik di hari-hari libur. Waktu itu saya adalah seorang guru di sekolah SD Santa Agnes. Saya mempunyai seorang teman akrab yg sampai sekarang kami masih berhubungan melalui telepon. Dia dulu sangat penakut dan tradisional. Belum mengenal Tuhan Yesus. Sangat disayangkan.
Ditahun 1975 tepatnya tanggal 27 April, saya menikah dengan seorang pria yg sangat saya cintai dan kasihi. Tet Foei namanya. Kami mengucap janji nikah dalam sakramen nikah di gereja katolik. Janji sehidup semati dalam senang maupun susah, sampai maut memisahkan kami. Kami dianugerahi enam orang anak. Satu anak sulung laki-laki dan lima anak perempuan. Dalam hidup berkeluarga banyak susah dan senang yg kami jalanin bersama. Suami saya bercita-cita menyekolahkan anak-anak kami semuanya sampai kuliah walaupun dengan keuangan yang pas-pas an. Dengan rajin dan gigih dalam bekerja, apa yg di cita-citakan suami saya akhirnya terlaksana. Suami saya sangat bersyukur dan bangga bisa mendampingi anak-anak kami wisuda.
Saat ini anak-anak kami sudah berkeluarga dan mempunyai anak, hanya tinggal anak bungsu yang belum menikah. Kami sudah mendampingi pernikahaan anak-anak kami, namun tidak sempat lagi bagi suami saya untuk mendampingi pernikahan anak bungsu kami. Karena suami saya sudah berpulang ke rumah Bapa di surga.
Suami saya seorang yg penuh kasih. Kasih pada keluarga maupun pada sesama yg lain. Saya sangat bersyukur Tuhan Yesus menganugerahkan pada saya seorang suami yg begitu mengasihi dan mencintai saya serta keluarga. Sampai akhir hayatnya suami saya tidak mau menyusahkan anak-anak dan orang sekitar. Masih penuh semangat menjalani hidup. Oleh karena itu sangat sulit melupakan kenangan hidup suami saya bersama kami. Ini semua akan saya tuangkan dalam tulisan ini menjadi kenangan yg abadi. Biar anak dan cucu kami juga tahu betapa papa dan kung-kung (kakek) mereka punya jiwa kasih sayang dan semangat dalam hidupnya di dunia yg fana ini. Semangat untuk mencapai apa yg di cita-citakannya.
Diakhir tahun 2013, tepatnya di bulan Desember malam natal tanggal 24 di Yogya, waktu itu saya menggendong cucu saya yg baru berumur 4 hari ke praktek dokter anak untuk check up. Pada saat di ruang dokter saya melihat ada timbangan. Maka terlintas dibenak saya untuk mengecek berat badan saya. Jadi saya menyerahkan cucu saya kepada anak saya sebelum naik ke atas timbangan. Setelah menimbang dan melihat berat badan saya, ternyata berat badan saya berkurang banyak dari yang dulu 73kg menjadi 60kg. Saya terkejut sekaligus senang dengan berkurangnya berat badan saya. Namun setelah saya memanggil suami saya dan memberitahu dia, saat itu juga saya merasa sakit yang amat sangat dari dada sampai keatas kepala. Kemudian saya disuruh duduk oleh suami saya dan dia memberikan saya minum. Namun setelah itu saya terjatuh dan tak sadarkan diri. Tetapi saya masih sempat mendengar suami saya berteriak histeris memanggil-manggil nama saya dan Yesus. Untungnya saya pingsan di ruangan dokter, sehingga ada tindakan cepat dari dokter dan langsung mengecek nadi saya. Kata dokter masih ada detak jantungnya, segera bawa ke rumah sakit terdekat. Menantu saya Alex dengan cepat langsung membawa saya ke rumah sakit terdekat. Dalam perjalanan, saya mulai sadar dan muntah. Saya dibawa ke RS Bethesda dan diopname disana. Sungguh suatu mukjizat besar saya masih bisa hidup sampai sekarang dan cinta kasih suami sangat saya rasakan saat itu. Setelah 2 hari diopname, saya pulang ke rumah anak saya Maria. Berdasarkan pemeriksaan dokter di RS Bethesda, mereka mengatakan saya menderita sakit maag. Namun karena saya masih belum sehat juga setelah beberapa hari, akhirnya saya memutuskan untuk mengecek ke dokter lambung di RS Panti Rapih. Namun dokter mengatakan berdasarkan hasil scan, saya bukan menderita sakit lambung melainkan jantung. Maka saya dirujuk ke dokter jantung. Dokter jantung memeriksa dan hanya memberikan obat. Saya dan suami saya yang selalu menemani saya pun pulang. Sesampainya di rumah saya minum obat dan diantar ke kamar untuk istirahat oleh suami saya. Setelah mengantar saya ke kamar, suami saya turun dan mau makan nasi. Sepiring nasi belum sempat dimakan oleh suami saya, saya sudah memanggil suami saya sambil mengerang kesakitan. Maka buru-buru suami saya langsung menghampiri saya. Kedua telapak tangan saya sudah membiru. Anak sulung saya datang, tidak tahu harus berbuat apa, karena semuanya panik. Untunglah anak kedua yang tinggal di singapura dengan cepat menganjurkan membawa saya ke rumah sakit segera dan meminta anak bungsu untuk segera menyusul ke Yogya dari Jakarta malam itu juga.
Sesampainya di Yogya segera dibawanya saya ke RS Panti Rapih. Rencana Tuhan sungguh indah. Aku memuji dan memuliakan serta bersyukur padaMu Tuhan. Engkau menyelamatkan saya, hambaMu yg hina ini. Begitu besar kasihMu. Saya diberi suami dan anak-anak yg begitu mengasihiku karena kasihMu.
Di RS Panti Rapih saya diopname selama 10 hari, karena dinyatakan dokter, jantung saya berair. Sesudah agak sehat, saya dibawa anak bungsu dan suami saya ke Jakarta. Kami tinggal di rumah anak ke-5 kami. Kami masih terus mencari beberapa dokter yg tepat. Sampai dokter dari RS Siloam kebon jeruk menyatakan jantung saya sudah tak berair lagi, namun ada penyakit tiroid. Saya dianjurkan mengobati tiroid. Anak saya yg tinggal di singapura, segera menyuruh saya ke singapura untuk pengobatan lebih lanjut.
Setibanya di Singapura, dokter tiroid menyatakan kalau tiroid saya masih ringan dan jantung yg perlu diobati. Diperkenalkanlah saya dengan dokter jantung di rumah sakit itu. Setelah diperiksa dokter jantung, saya dianjurkan kembali ke Indonesia melakukan CT-scan untuk melihat keadaan jantung saya dengan jelas. Karena CT-scan di singapura biayanya mahal untuk warga negara asing. Segera saya dan suami kembali ke Indonesia. Anak bungsu saya selalu menemani saya dan rela meninggalkan perkerjaannya setiap membawa saya ke dokter bersama suami yg kukasihi. Setelah melakukan CT-scan dan menerima hasilnya. Kami pertama kali menjumpai dokter jantung yg praktek di RS Harapan Kita untuk membacakan hasil dari CT-scan, tapi kami tidak puas dengan penjelasan dokter, sehingga kami ke Dokter yg praktek di RS Siloam Karawaci. Sesudah dia periksa dan membaca hasil CT-scan, menurut dia, saya harus melakukan operasi jantung, tetapi untuk operasi jantung saya, dia tidak bisa menanganinya karena bukan bidangnya. Dokter menganjurkan agar saya bertemu dengan dokter Iwan Dakota yang lebih memahami penyakit jantung saya. Setelah bertemu dengan dokter Iwan, menurut pemeriksaannya aorta saya retak dan satu syaraf tersumbat. Dia memberikan saya waktu 2 minggu untuk mempersiapkan diri utk dioperasi.
Akhirnya pada tanggal 26 Maret 2014 saya dioperasi di RS Harapan Kita oleh dokter Iwan Dakota. Karena kasih karunia Allah saya menerima begitu banyak mukjizat melalui kuasaNya. Begitu banyak kasih Allah Bapa pada kita anak-anakNya. Syukur padaMu Tuhan, Engkau juga memberikan saya seorang suami yg sangat mengasihi saya. Seperti Engkau mengasihi kami sampai wafat dikayu salib. Selama operasi dan dalam masa penyembuhan, suami saya selalu disisi saya menemani dan merawat saya, dari pagi sampai malam setiap hari tak kenal lelah, demikian kasih cinta suami terhadap saya.
Kini suami terkasih saya telah pulang ke rumah Bapa di surga yg penuh kasih pada tanggal 13 Juli 2014. Semua ini tinggal kenangan selama hidup kita di dunia. Saya juga akan dipanggil pada suatu saat nanti dan juga semua yg hidup didunia ini. Tuhan Yesus saya percaya dan bersyukur akan kasih karunia serta berkatmu yg tak berkesudahan. Saya yakin Bapa, suami saya sudah bahagia bersamaMu, setelah menderita kanker paru-paru yg begitu menyakitkan di dunia fana ini.
Hidup itu bagaikan mimpi, dan
kita seperti sedang tertidur menjalani hidup di bumi yang fana ini.
Inilah yg saya alami selama ini. Semuanya hanya bersifat sementara dan
kita tidak akan membawa materi apapun pada saat kita kembali ke rumah
Bapa di surga. Hanya kerajaan surga itulah satu-satunya yg abadi dan
kebahagiaan selamanya. Bersyukurlah atas apa yang kita bisa
nikmati selama hidup kita di dunia ini dan ingatlah bahwa semua itu
milik Tuhan Yesus termasuk badan dan hidup kita. Kita semua tak memiliki
apapun juga selain taat pada firman-Nya dan setia pada perintah-Nya.
Beginilah hidup kita didunia fana ini. Akhirnya kita semua pasti akan menghadap Bapa kita yg penuh kasih. Meninggalkan segala yg ada didunia ini baik susah maupun senang. Sampai jumpa suamiku.
Dari Anak ke-1 (Anak sulung laki-laki)
Koko yang selalu disisi papa untuk merawat dan menjaga papa, sejak papa divonis penyakit kanker paru-paru stadium akhir sampai akhir hidupnya. Dia tidak memberikan tulisan disini mungkin karena dia kurang bisa mengungkapkan pengalaman hidupnya bersama papa. Mungkin suatu saat nanti..
Dari Anak ke-2 (Anak perempuan pertama)
Hari itu saya menyadari papa tipe orang yg sulit untuk bisa mengungkapkan rasa sayangnya melalui kata-kata, saya tak pernah berpikir bertemu papa mendadak setelah sekian tahun (+/- 5 tahun), sejak umur 9 tahun, saya pergi bersekolah di jakarta, dan saat itu saya SMP kelas 3. Papa datang seorang diri ke jakarta dengan tujuan mau mengambil semua data sekolah perpindahan koko dari jakarta ke belinyu, karena surat-surat perpindahannya belum lengkap, dikarenakan koko pulang ke belinyu saat sedang pertengahan sekolah. Sehingga papa datang untuk mengurus itu semua. Koko sendiri sudah pulang ke belinyu. Papa tidak membawa pakaian karena terburu-buru ke jakarta, hanya sehelai baju dan celana yg dikenakan. Saya mendapat kabar dari tante saya, kalau papa datang ke jakarta. Malam itu saya langsung bergegas ke green garden dari taman kota rumah tante saya. Dari jauh saya melihat papa berjalan menghampiri saya dan kami berpelukan. Kami tidak bisa berkata apapun, hanya menangis bersama. Dari situlah saya mengerti kalau saya juga sulit untuk mengungkapkan kalau saya sangat menyayangi papa melalui kata-kata. Melalui tangisan itu kami mengerti kalau kami saling menyayangi satu sama lain. Kami sama dalam hal ini. Dan ketika hari berganti papa ke taman kota tempat dimana saya tinggal bersama tante saya. Papa datang dengan temannya menggunakan mobil, dan berpamitan untuk kembali ke belinyu. Saya semakin menyadari kasih sayang saya dengan papa bertumbuh karena menyadari kasih sayang papa. Papa menangis kembali pada saat keluar dari rumah tante karena berat berpisah dengan saya. Hari itu mulut inipun berat mengungkapkan kalau saya sangat menyayangi papa. Ada sesuatu yg menekan di tenggorokan ini. Papa pergi dan air mata sayapun berlinang.
Waktu berlalu, Tuhan baik, pemulihan buat keluarga kami selalu diperbaharui. Biarpun saya berpisah dengan keluarga, merantau sejak kecil. Sayapun selalu bersyukur banyak hal yang Tuhan persiapkan buat masa depan. Dan papa berkata "kamu layak senang dan bahagia dengan masa-masa sulit kamu waktu kecil". Papa orang yang menginspirasi saya dalam hal tekun, giat dan bertekad keras untuk mencapai impian. Kita yang harus menentukan nasib dan keadaan kita. Papa benar, dengan tekad dan impiannya bahwa anak-anaknya harus sarjana.
Banyak yang berkata kepada papa begini: "untuk apa menyekolahkan anak-anakmu yang perempuan sampai sarjana?. Pada akhirnya mereka juga akan menikah, berkutat di dapur dan mengurus anak".
Tetapi papa menjawab: "selama anak saya mau sekolah dan minimal mereka harus S1. Bagi kalian anak perempuan tidak sama dengan laki-laki, tapi bagi saya adalah sama. Saya tidak dapat meninggalkan warisan apapun selain ilmu, saya tidak pernah tahu hidupnya nanti, tetapi setidaknya anak saya harus mampu berjuang dan membantu suaminya, suami yang dia dapat juga setidaknya akan dia dapatkan dari lingkungan sekolahnya atau yang berpendidikan. Cara berpikirnya pun akan berbeda". Jawaban papa sungguh sangat membuat saya bangga menjadi anaknya.
Saya tidak dapat membayangkan andai saat itu Papa mengikuti kata orang-orang...
Anyway thank you Pa buat keputusanmu yang bijaksana.
Terima kasih untuk kesempatan moment berharga waktu kita bersama di Singapore. Waktu kita bersama. Kurang dari setahun papa pergi utk selamanya, papa sudah meninggalkan banyak kenangan di rumah kami. Papa seakan-akan sudah mengerti kalau masa hidup papa tidak akan lama lagi. Seluruh tembok rumah kami yang penuh coretan meimei (anakku yang ke-2), papa bersihkan dan papa cat ulang. Sekarang setiap sudut ruangan rumah kami menjadi kenangan. Lemari baju papa perbaiki, pipa kamar mandi pun diperbaiki sehingga tidak menetes lagi. Ya terima kasih untuk semua ini Pa. Kata Papa, papa dan saya punya hubungan batin, saat terasa tidak enak badan, pa biasa cek dengan diri saya. Mungkin ada benarnya, waktu pa akan pergi selamanya, dihari yang sama saya 'melihat' papa sudah tidak ada cairan di paru-paru karena sudah di-lap dan dibersihkan Tuhan Yesus. Dan papa juga bilang sudah tidak ada sakit lagi. Terima kasih untuk kesempatan bersama papa waktu sakit, sempat merawat papa 2 minggu di bali dan jakarta. Sempat bersama papa semalam hanya berdua di Rumah Sakit dan kita bercerita. Waktu itu saya hanya ingin memberi semangat untuk sembuh, kanker stadium akhirpun tidak kami sampaikan ke papa. Dan papa berkata di hari terakhir dirawat di RS Siloam, "Papa harus sembuh, kamu sudah meninggalkan anak-anak dan suamimu di Yogya, datang untuk merawat papa". Sekalipun papa sembuh tidak di dunia ini, tapi sampai akhir hidupmu, engkau tidak lumpuh. Itu juga mujizat bagi kami, kanker sudah menyebar ke tulang-tulang kaki. Dokter memvonis akan lumpuh, tetapi hal itu tidak terjadi. Semangat papa menginspirasi kami semua. Papa mengakhiri hidupnya dengan baik.
Waktu papa sakit, lagu Bless The Lord O My Soul itu yang selalu berbicara, seperti persiapan Tuhan buat hati ini.
Dari anak ke-3 (Anak perempuan kedua)
Aku.. anak Ketiga putri kedua papa..
Sangat menyebalkan hrs menulis ini.. Karna airmata pasti mengalir dan aku tak suka menangis.. Tapi akan aku coba utk menulisnya.
Aku anak papa yg paling bandel.. Tak ada hal yg tak aku lakukan yg kadang seperti laki-laki.
Dan aku adalah anak yang paling sering di pukul papa sepertinya seingatku hehehe..
Aku masih ingat waktu itu umurku baru sekitar 6 atau 7 tahun.. Karna kenakalanku di campur sedikit keberanianku, kukorek kuping adikku yg beda 2 tahun denganku waktu itu.. alhasil berdarahlah kuping adikku.. Karna ketakutan, kubersihkan darah dan kuobati sendiri kuping adikku.. Bekas kapas yang berdarah kubuang ke lubang air, tapi karna tertinggal dan tak hanyut oleh air.. Papa tahu perbuatanku dan papa marah sekali hingga aku dipukul. Tapi ketika papa istirahat makan. Saat Itulah aku menghampiri papa dan sambil menangis sesugukan aku bilang.. "Pa, maaf ya..." Trus tangisanku pecah berderai derai.. Papa peluk aku dan meminta mama mengobati pukulan papa di pantatku. Aku tau Saat itu juga papa sudah memaafkanku.
Ada banyak kejadian yg kusaksikan. Papa yang begitu keras bicaranya tapi papa yang begitu gampang tersentuh hati nya, bukan Hanya dengan anak-anaknya. Bahkan dengan orang lain sekalipun.
Kejadian berikutnya yg lumayan berkesan buatku adalah waktu aku lulus SMA tahun 1998 pas dengan kerusuhan Mei jakarta.
Aku Ingin lanjut kuliah. Ku bilang ke mama, "aku mau kuliah ma. Ada uang ga?" (Kami ini keluarga pas-pasan banget).
Mama menyampaikan ke papa. Papa Cuma bilang waktu itu ke aku. "Asal sepatah kata saja kamu bilang mau kuliah maka papa Akan usahakan".
Maka berangkatlah aku menuju Yogya bersama papa yang mengantarku.
Kami naik kapal laut menuju Tanjung priok jakarta dulu. Astagaaaa saking penuhnya kapal, kami duduk di pinggiran di luar kapal dengan diterpa angin dan percikan air laut yg lumayan membuat kulit lengket-lengket. Kami sampai juga ke jakarta dengan selamat.
Dari jakarta kami menumpang kereta api menuju Yogyakarta dengan lemparan-lemparan batu yang sempat memecahkan jendela KA. Kami sampai juga ke Yogya dengan selamat.
Saat di Yogya aku diajak ciciku daftar kuliah di kampus nya.
Hari dimana aku tes masuk universitas, papa ikut menungguku di luar.
Saat aku keluar dari ruangan, papa bilang, "Jgn kuatir pasti kamu lolos dan bisa kuliah karna papa tadi berdoa saat kamu sedang ujian". (papa paling tak bisa doa aku tau, tp dia lakukan buat ku).
Dan ketika pengumuman aku lolos masuk universitas. Papa senang sekali dan papa bilang. "Pa harus cepat pulang, Mau siapin uang buat kuliah kamu". Dan malam itu aku ikut mengantar pa pulang ke stasiun tugu.
Tak tau kenapa tapi air mata ku berlinang tak bisa kutahan.
Yang kuingat adalah apa jadinya aku yaaa, kan selama ini selalu tinggal dengan papa mama, tapi sekarang aku jauhhh..
Papa yg galak, tapi tak ada papa aku kehilangan juga.
Waktu papa mencari kos buat ku dan cuci juga.. Karna kamar kosnya yg kecil dan bersebelahan dengan kuburan, aku sempat ga suka dan papa tau..
Papa cuma bilang ke aku, "Tak apa-apa sekarang kecil, yang penting kan tinggal sementara buat kamu kuliah saja.. Nanti kalo sudah berhasil kamu mau punya rumah gedong juga bisa dan itu milik mu".
Akhirnya aku mengerti sekarang...
Papa begitu bangga waktu aku bilang, "aku punya rumah besar di kawasan elit.. Aku punya apartemen, aku punya ruko, aku punya mobil berderet di rumahku".
Tapi... Aku tak bisa mengembalikan nafas mu dengan segala kelimpahanku pa..
Tak bisa... Dan karna itu lah hampir tiap malam kepalaku sakit karna menangis..
Aku kangen engkau papa..
Kata papa.. Papa bangga dengan ku atas keberhasilanku ini.. Papa bercerita kemana-mana tentang aku dan kelimpahanku..
Tapi yg jelas aku tak cukup membanggakan mu pa.. Aku tak bisa membeli nafas untuk tetap membuatmu hidup pa...
Aku kangen... Sangat...
Papa yg kupikir otoriter dulu nya, ternyata bukan..
Papa hanya ingin anak-anaknya kelak bisa hidup berdampingan dengan norma-norma yg ada di dalam masyarakat.
'Kebaikan'.. ya, semua buat kebaikan anak-anaknya dan aku rasakan dampaknya sekarang
Bersyukur dulu sudah dididik dengan disiplin (walau terkesan galak) oleh papa
Bersyukur papa ajarin banyak hal benar buat ku
Bahkan papa pernah berkata.. "biarlah saya dibenci tidak apa-apa, asalkan saya ajarkan hal yg benar, kalaupun diikuti ya syukur tidakpun ya terserah toh itu buat kalian.."
Dan hal itu papa ajarkan bukan untuk anak-anaknya saja tapi untuk setiap org yg papa kenal..
I miss you pa.. and i love you.. much.. much..
Dari anak ke-4 (Anak perempuan ketiga)
Papa.. org yg sangat telaten, sempurna bagi ying. Semua yg dikerjakan beres. Rumah jd tertata rapi kalau ada papa. Sangat perfect. Bagi ying tidak ada yg bisa tandingin kerjaan bagus dan perfect seperti papa.
Malam itu bayi ying lahir tgl 20-12-2013. Bersyukur pd Tuhan semua lancar karna kasihNya. Tapi seminggu kemudian bayi kami kulitnya totol merah-merah. Sebagai org yg sangat sayang sama cucunya papa meminta ying utk dibawa ke dokter kulit dekat. Akhirnya malamnya suami ying membawa kami (papa, mama, ying & bayi kami) ke kimia farma terdekat. Mama yg menggendong bayi saya dengan gendongan kain. Kami tiba di kimia farma terdekat. Singkat cerita bayi kami diperiksa dan dokter sedang menulis resep salep. Saya sedang menyusui bayi. Tiba-tiba kami tidak menyangka mama bilang pusing dan sakit sekali kepalanya. Papa langsung meminta mama untuk duduk. Tapi tiba-tiba mata mama menatap kaku ke atas dan kemudian mata menutup seperti org yg tidak bernapas. Otomatis kita semua berteriak histeris "mamaaaaaaa banguunn.." terutama papa waktu itu, ying menyadari betapa papa sangat-sangat menyayangi mama dan takut ditinggal mama, sampai menangis seperti anak kecil, memukul dada dan kepala, terus terduduk memohon "jangan tinggalin sayaa maaa.." Kalau direkam, yang menontonnya pasti sangat terharu. Tapi bersyukur pada Tuhan waktu itu ternyata mama hanya pingsan.
Waktu cepat berlalu dan Tuhan membuat segala sesuatunya indah pada waktunya, tepatnya tanggal 1 july 2014, anak ying sudah berumur 6 bulan. Kami (suami,ying dan anak kami) berangkat ke jakarta untuk menemui papa yang sedang rawat jalan di rumah adik saya mimi. Sesampainya di rumah mimi, saya langsung menemui papa dan memeluk papa. Saat itu papa dan ying hanya bisa menangis berderai. Betapa bersyukur pada Tuhan masih diberi kesempatan untuk bertemu papa. Malamnya sebelum tidur, ying selalu ke kamar papa untuk mengecek keadaan papa. Dan malam itu ying memeluk dan mencium papa dan mengatakan "ying sangat sayang papa" . Papa melihat ying dan tersenyum dengan mata berkaca-kaca.. Seperti mau mengatakan hal yg sama. Terima kasih Tuhan Yesus kalau ying diberi kesempatan untuk bersama papa walau hanya seminggu. Sungguh ying sangat sayang dan kangen sekali dengan papa.
Tepatnya tanggal 13 July 2014, papa meninggalkan kami (mama, anak-anak dan juga cucu-cucunya) pergi ke surga tempat yg indah bersama Tuhan Yesus. Malam itu, papa meminta kami untuk mengantarnya ke rumah sakit. Kami tidak tahu kenapa tiba-tiba malam itu papa mau ke rumah sakit. Padahal pada pagi hari sudah mengatakan sehat dan tidak ada rasa sakit sama sekali dan ying masih memegang tangan papa yang sangat dingin sambil menenangkan papa dengan mengatakan "papa tenang yaa, hidup mati di tangan Tuhan" (tidak tahu juga ying bisa spontan berkata seperti itu). Kemudian c' ling dari singapura menelepon ying, meminta untuk mendoakan papa dan ying langsung mendoakan. Setelah itu ying masih menenangkan papa dan tangan papa ying tempelkan ke pipi ying, terasa makin dingin. Kami segera menelepon taxi untuk membawa papa ke rumah sakit. Sesampainya taxi di depan rumah, kami segera menggotong papa ke dalam taxi, kondisi mata papa masih terbuka dan masih bersuara. Akhirnya sesampainya di UGD, papa yg terkasih diambil Tuhan Yesus ke surga. Kami bersyukur pada Tuhan Yesus
yang sudah membawa papa ke surga tempat yang damai di sana bersama-Nya.
Papa pasti bahagia di surga bersama Tuhan Yesus. Selamat jalan papa yang selalu bersemangat dan sangat membanggakan kami semua. Sampai jumpa di surga. Ying sangat kangen dan sayang papa..
Dari anak ke-5 (Anak perempuan keempat)
Papa seorang pria yang kukagumi dan sampai akhirnya tetap kukagumi. Yang kuingat momen penting saat pernikahanku, bisa membuat lelucon sampai membuatku tertawa lepas dan bisa tegas di waktu yang tepat juga. Satu hal yang pa ingatkan untuk tidak mengebut saat berkendara dengan motor.
Aku juga mengingat 1 hal ini, ketika papa di RS dan menelepon aku, aku mengatakan kepada papa bahwa mi sayang papa, kata papa "iya nanti pulang ke rumahmu setelah dari RS". Kemudian papa bilang "jaga mama, karena kasihan dari kecil sudah mengurus kalian dan jangan sampai lukai hati mamamu", lalu papa menangis sedih di telepon. Mimi menjawab "iya pa, tenang aja". Kemudian mi langsung memberikan telepon ke mama waktu itu.
Dari anak ke-6 (Anak perempuan bungsu)
Aku merindukan panggilan papa. Papa malas berbicara di telepon tapi selalu punya waktu untuk menanyakan kabar anak-anaknya. Terkadang papa yang meminta mama untuk menelepon kami. Dan yang paling kurindukan adalah ketika papa menelepon sendiri atau aku yg menelepon, papa akan berkata seperti ini "halo.. bungsu kecilku". Dan setelah menanyakan kabar dan berbicara sedikit maka kami mengakhirinya dengan aku berkata "aku sayang papa" dan biasanya papa akan menjawab "kamu bohong". Entah sejak kapan itu menjadi kebiasaan papa ataupun kami mengatakan "aku sayang kamu". Malam terakhir papa aku pun sempat mengatakan "aku sayang papa" sambil memeluknya. Terima kasih Tuhan untuk kesempatan ini.
Aku rindu suara papa dan aku bersyukur pernah merekamnya.. Selalu menasehati "mandi jangan malam-malam, sudah malam, jaga kesehatan. Mandi teratur.. makan teratur.. tidur juga harus teratur, jangan begadang seperti tidak ada hari esok saja"
Aku rindu ketika ada yang menungguku pulang kantor ataupun pulang sehabis jalan2.. Seberapa malampun. Kalau bukan mama maka papa yang membukakan pintu untukku. Papa selalu mau menyenangkan anak-anaknya.. Dia paling khawatir tentang segala hal tentang keluarganya. Masih teringat kali terakhir papa menungguku hingga larut malam, terbaring dan hanya mendongakkan kepala melihatku seperti berkata "aku menunggumu, kenapa pulang begitu larut, syukurlah kau pulang dengan selamat". Tapi tak ada sepatah katapun keluar dari mulutnya. Maaf sering pulang malam.
Aku kangen belaian lembut papa di kepalaku, ciuman di kening dan saat-saat bertukar cerita dan bercanda dengan papa.. Apalagi ketika suatu hal yg mengecewakan datang papa selalu ada cara utk menghibur.
Dia selalu memberi semangat "pasti bisa". Begitu sebaliknya ketika papa kecewa akupun selalu berusaha membuat papa tersenyum tertawa lagi.
Hari itu papa menyuruhku jangan pergi kemana-mana, hari dimana dia pergi ke rumah Bapa. Dia elus tangan anaknya 1 demi 1 dengan kasih. Papa memanggil-manggil namaku terus supaya aku selalu disisinya seolah tidak ingin aku bersedih kalau nantinya dia tidak bisa hadir dalam pernikahanku kelak. Papa juga hanya meminum air putih yang kutawarin seolah-olah adalah tea pai baginya untukku kelak. Papa pernah berkata salah satunya alasan bertahan adalah aku, belum melihat aku menikah. Papa pun ternyata sudah berpesan pada mama, untuk meminta koko menggantikan papa kelak mendampingi mama. Aku melihat bagaimana papa berusaha mengambil napas sesampainya di UGD di atas kasur, tapi itu sudah saatnya papa pergi.
Sungguh sedih tapi aku yakin papa sudah bahagia di surga tanpa sakit lagi.
Banyak hal yang papa ajarkan, terutama semangat juang, prinsip dan kerja kerasnya.
dan bagaimana seharusnya sopan dan respect dgn orang lain maupun orang yang lebih tua.
Pesan yang sering papa ucapkan kepada kami adalah "rukun-rukun selalu".
Masih banyak hal yang kurindukan dari papa.. Can't described how i miss him a lot & we trust that you have a place in heaven with Jesus Christ.
Memang bunga yang paling indah dipadang, itulah yang terlebih dahulu dipetik.
Mari lebih mengasihi orangtua kita selagi masih diberi kesempatan.
Jangan pernah ada kata menyesal lagi ketika mereka tiba waktunya untuk berpisah dengan kita.
Dari cucu tercinta (Feilin)
One person i would like to meet.
I would like to meet my late grandfather, because when he was still alive, i've never said "i love you" to him before.
I've only hugged and kissed him once in my whole life. I feel remorseful and regret it a lot. I would like to ask him how was he doing and how heaven was like??
I miss him a lot.
Kolose 3:20 Hai anak-anak, taatilah orang tuamu dalam segala hal, karena itulah yang indah di dalam Tuhan.
Best regards,
Writer : Chin's Family (Papa's Beloved)
Editor : Berta Nia & Salam Thang
Video : Sherline