Tertawa ternyata memberi manfaat pada terapi penyembuhan. Manfaat dari tertawa tersebut telah dikukuhkan dalam pengobatan modern sebagai seni terapi mengurangi stress. Kita belum sepenuhnya memahami mengapa tertawa bisa mendatangkan kesembuhan, namun, kita memang tahu bahawa orang yang tertawa akan lebih cepat sembuh.
Kalau digambarkan dengan kurva simetri, maka usia puncak dari ‘kurva tertawa' ini terletak pada usia empat tahun. Saya tidak tahu apakah Allah berada di belakang kurva simetri ini, namun anak berusia empat tahun tertawa setiap empat menit, atau empat ratus kali sehari. Sebaliknya, orang dewasa hanya tertawa lima belas kali sehari. Kalau kita mengikuti anak berusia empat tahun kemanapun ia pergi dan ikut tertawa setiap kali mereka tertawa, hal-hal positif akan terjadi pada tubuh maupun spirit kita. Tertawa bisa menurunkan denyut nadi serta tekanan darah, dan nampaknya bisa meningkatkan fungsi kekebalan tubuh. Seorang psikiatris merekomendasikan tiga puluh menit terapi tertawa setiap hari. Sebagian menyebutnya "jogging batin". Seorang ahli peneliti tertawa lainnya menyebutkannya sebagai suntikan otak.
Kemampuan untuk bisa menertawakan diri sendiri mungkin merupakan hal yang paling bernilai. "Berbahagialah mereka yang bisa menertawakan diri mereka sendiri, karena rasa geli yang menimbulkan rasa geli tak akan pernah berhenti dari hati mereka."
Sebagai tambahan, menertawakan masalah-masalah kita sendiri bisa merupakan cara untuk meletakkan masalah itu pada perspektif yang tepat. Seseorang, setelah terjadi angina topan di Florida bagian selatan yang menghancurkan rumahnya, menaruh tanda di depan halaman rumahnya "Open House" (biasanya tulisan seperti itu menunjukkan bahwa rumah yang bersangkutan akan dijual, dan calon pembeli boleh melihat-lihat ke dalam rumah itu). Tindakan itu tidak menolongnya membangun rumah kembali, namun, itu pasti menolongnya mengatasi badai kehidupannya.
Dalam Mazmur 2: 4 dituliskan "Dia, yang bersemayam di sorga, tertawa." Jika Tuhan yang menciptakan langit dan bumi saja tertawa, lalu kenapa kita harus sok jaim (jaga image- red).
Yuk tertawa... sehat loh... -^.^-
Kalau digambarkan dengan kurva simetri, maka usia puncak dari ‘kurva tertawa' ini terletak pada usia empat tahun. Saya tidak tahu apakah Allah berada di belakang kurva simetri ini, namun anak berusia empat tahun tertawa setiap empat menit, atau empat ratus kali sehari. Sebaliknya, orang dewasa hanya tertawa lima belas kali sehari. Kalau kita mengikuti anak berusia empat tahun kemanapun ia pergi dan ikut tertawa setiap kali mereka tertawa, hal-hal positif akan terjadi pada tubuh maupun spirit kita. Tertawa bisa menurunkan denyut nadi serta tekanan darah, dan nampaknya bisa meningkatkan fungsi kekebalan tubuh. Seorang psikiatris merekomendasikan tiga puluh menit terapi tertawa setiap hari. Sebagian menyebutnya "jogging batin". Seorang ahli peneliti tertawa lainnya menyebutkannya sebagai suntikan otak.
Kemampuan untuk bisa menertawakan diri sendiri mungkin merupakan hal yang paling bernilai. "Berbahagialah mereka yang bisa menertawakan diri mereka sendiri, karena rasa geli yang menimbulkan rasa geli tak akan pernah berhenti dari hati mereka."
Sebagai tambahan, menertawakan masalah-masalah kita sendiri bisa merupakan cara untuk meletakkan masalah itu pada perspektif yang tepat. Seseorang, setelah terjadi angina topan di Florida bagian selatan yang menghancurkan rumahnya, menaruh tanda di depan halaman rumahnya "Open House" (biasanya tulisan seperti itu menunjukkan bahwa rumah yang bersangkutan akan dijual, dan calon pembeli boleh melihat-lihat ke dalam rumah itu). Tindakan itu tidak menolongnya membangun rumah kembali, namun, itu pasti menolongnya mengatasi badai kehidupannya.
Dalam Mazmur 2: 4 dituliskan "Dia, yang bersemayam di sorga, tertawa." Jika Tuhan yang menciptakan langit dan bumi saja tertawa, lalu kenapa kita harus sok jaim (jaga image- red).
Yuk tertawa... sehat loh... -^.^-
source: renungan-harian-kita.blogspot.com